A.
Pelapisan Sosial
1.
Pengertian Pelapisan Sosial
Kata
stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan.
Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal
tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang
lebih rendah dalam masyarakat.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga
dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah
terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial
tinggi, sedang dan rendah.
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada
sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Dasar
tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh
bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai
sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
2.
Teori-teori Pelapisan Sosial
·
Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap
Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat
sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
·
Prof. Dr. Selo Sumardjan dan
Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di
dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
·
Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang
senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite.
Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang
memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
·
Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan
bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang,
sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu
muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua
(jumlahnya lebih banyak).
·
Karl Marx menjelaskan terdapat dua macam di
dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi
lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk
disumbangkan di dalam proses produksi. [1]
3.
Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat
universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu
ada. Di
dalam organisasi masyarakat primitif pun di mana belum mengenai tulisan.
pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini terwujud berbagai bentuk sebagai
berikut.
a. Adanya
kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan - pembedaan hak
dan kewajiban;
b. Adanya
kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak Istimewa;
c. Adanya
pemimpin yang saling berpengaruh;
d. Adanya
orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang di luar perlindungan
hukum (cutlaw men);
e. Adanya
pembagian kerja di dalam suku itu sendiri;
f. Adanya
pemhedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi.
Pendapat
tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang komunistis yang
tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi primitif
bukanlah ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif kolektif. Apa
yang sesungguhnya adalah kelompok ekonomi yang tersusun atas dasar
ketergantungan yang timbal balik dan individu-individu yang aktif secara
ekonomis, serta bagian-bagian yang lebih kecil daripada suatu kelompok yang
memiliki sistem perdangangan dan barter satu sarna lain. Gradasi itu dapat kita
lihat misalnya : multi dari memilih modal yang kaya sampai kepada buruh yang
termiskin; dari presiden kepada lurah, dari jenderal sampai kepada prajurit dan
sebagainya yang semuanya itu menunjukkan sebagaia jenjang-jenjang dan gradasi
sosial yang menunjukkan walaupun di dalam sistem demokrasi yang paling mutakhir
pun ada pelapisan masyarakat.[2]
4.
Dampak Positif dan Negatif Pada Pelapisan Sosial
Terdapat 2 hal yang dapat
kita rumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada pembentukan sosial yang ada
dilingkungan kita, beberapa hal tersebut dapat kita bagi ke beberapa konsep
sebagai berikut:
a.
Dampak Positif
i.
Orang-orang
akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata
ii.
Mobilitas
sosial atau tekhnologi akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik
iii.
Pembangunan
berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan,
bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda yang cukup
besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi
dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
b.
Dampak
Negatif
i.
Kurang
tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat
diraih dari tansportasi
ii.
Konflik
antarkelas
iii.
Konflik
antar kelompok social
iv.
Konflik
antargenerasi
5.
Contoh
Pelapisan Sosial
Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan
jenis
kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno.
Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada
kaum laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuan-ketentuan
tentang pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata-mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri. Kita lihat saja misalnya kedudukan laki-laki di Jawa berbeda dengan kedudukan laki-laki di Minangkabau. Di Jawa kekuasaan keluarga di tangan ayah sedang di Minangkabau tidak demikian. Dan juga di Irian misalnya atau di Bali, wanita harus lebih bekerja keras daripada laki-laki. Dalam hubungannya dengan pembagian pekerjaan pun setiap suku bangsa memiliki cara sendiri-sendiri.
kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno.
Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada
kaum laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuan-ketentuan
tentang pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata-mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri. Kita lihat saja misalnya kedudukan laki-laki di Jawa berbeda dengan kedudukan laki-laki di Minangkabau. Di Jawa kekuasaan keluarga di tangan ayah sedang di Minangkabau tidak demikian. Dan juga di Irian misalnya atau di Bali, wanita harus lebih bekerja keras daripada laki-laki. Dalam hubungannya dengan pembagian pekerjaan pun setiap suku bangsa memiliki cara sendiri-sendiri.
6. Proses
Terjadinya Pelapisan Sosial
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu
sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu,
tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. pengakuan-pengakuan terhadap
kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya. Sistem pelapisan yang disusun
dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem
pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan keuasaan
yang diberikan kepada seseorang.
Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan
kekuasaan ini maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas
bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki
dan dalam suatu organisasi baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Sistem pelapisan yang dibentuk dengan sengaja ini dapat kita lihat, misalnya di
dalam organisasi pemerintahan, organisasi partai politik, perusahaan besar,
perkumpulan-perkumpulan resmi, dan lain-lain. Pendek kata di dalam organisasi
formal.
Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan cara ini
mengandung dua sistem, ialah :
i.
Sistem fungsional; merupakan
pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja
sarna dalam kedudukan yang
sederajat, misalnya saja di dalam orgaanisasi perkantoran ada kerja sama
antara kepala-kepala seksi dan lain-lain
sederajat, misalnya saja di dalam orgaanisasi perkantoran ada kerja sama
antara kepala-kepala seksi dan lain-lain
ii.
Sistem skalar: merupakan pembagian
kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal).
7. Pembagian
Sistem Pelapisan Sosial
Menurut sifatnya, maka sistem pelapisan dalam masyarakat
dapat
dibedakan menjadi :
dibedakan menjadi :
i.
Sistem pelapisan masyarakat yang
tertutup.
Di dalam sistem ini permindahan
anggota masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak
mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Di dalam sistem yang
demikian itu satu-satunya jalan untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu
lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem pelapisan tertutup
kita temui misalnya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta.
ii.
Sistem pelapisan masyarakat yang
terbuka
Di dalam sistem yang demikian ini
setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada
di bawahnya atau naik ke lapisan yang di atasnya. Sistem yang demikian ini
dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia sekarang ini.
Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada
kesempatan dan kemampuan untuk itu.
B.
Kesamaan Derajat
1.
Pengertian Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah
sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal
balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban,
baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah Negara.
Sifat perhubungan antara
manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik, artinya
orang seorang itu sebagai anggota masyarakatnya, mempunyai hak dan kewajiban,
baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara. Beberapa hak
dan kewajiban penting ditetapkan dalam Undang-undang (konstitusi) sebagai hak
dan kewajiban asasi. Untuk dapat melaksanakana hak dan kewajiban ini dengan
bebas dari rasa takut perlu adanya jaminan, dan yang mampu memberi jaminan ini
adalah pemerintah yang kuat dan berwibawa. Di dalam susunan negara modern
hak-hak dan kebebasan-kebebasan asasi manusia itu dilindungi oleh Undang-undang
dan menjadi hukum positif. Undang-undang tersebut berlaku saran pada setiap
orang tanpa kecualinya dalam arti semua orang mempunyai kesamaan derajat dan
ini dijamin oleh undang-undang. Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak
yang diberikan dalam berbagai sektor kehidupan. Hak inilah yang banyak dikenal
dengan Hak Asasi Manusia.
2.
Pokok-pokok
tentang Kesamaan Derajat dalam UUD 1945
Sebagai warga negara
Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan derajat antar rakyaknya, hal itu
sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal.
i.
Pasal
27 ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga
negara yaitu menjunjung tinggi hukum dan pemenrintahan ayat 2, berisi mengenai
hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
ii.
Pasal
28, ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran
lisan dan tulisan.
iii.
Pasal
29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh Negara
iv.
Pasal
31 ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran
Kesamaan
derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat
umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara.
Dengan
pasal – pasal dan pengertian di atas, sudah jelas bahwa kita harus saling
bertoleransi terhadap orang lain khususnya warga Indonesia. Tidak ada pandangan
si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, semua di mata perundangan
Indonesia adalah sama. [3]
3.
Elite dan Massa
a.
Elite
Dalam masyarakat tertentu
ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam kepemimpinan, sebaliknya dalam
masyarakat tertentu penduduk tidak diikut sertakan. Dalam pengertian umum elite
menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi.
Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di
bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang
kekuasaan.
Dalam cara pemakaiannya
yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam masyarakat di puncak
struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi,
pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan
dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite.
Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam
masyarakat primitive.
Pembedaan elite dalam
memegang strategi secara garis besar adalah sebagai berikut :
i.
Elite
politik (elite yang berkuasa dalam mencapai tujuan).
ii.
Elite
ekonomi, militer, diplomatik dan cendekiawan (mereka yang berkuasa atau mempunyai
pengaruh dalam bidang itu).
iii.
Elite
agama, filsuf, pendidik, dan pemuka masyarakat.
iv.
Elite yang dapat memberikan
kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis, tokoh film, olahragawan dan
tokoh hiburan dan sebagainya.
b.
Massa
Istilah massa dipergunakan
untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan
spotnan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tetapi yang secara
fundamental berbeda dengannyadalam hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh
orang-orang yang berperanserta dalam perilaku missal seperti mereka yang
terbangkitkan minatnya oeleh beberap peristiwa nasional, mereka yang menyebar
di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebgai
dibertakan dalam pers atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam
arti luas.
Keanggotaannya berasal dari
semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai
posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tignkat kemakmuran atau
kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai masa misalnya
orang-orang yang sedang mengikuti peradilan tentang pembunuhan misalnya malalui
pers
Massa merupakan kelompok
yang anonym, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonym. Sedikit
interaksi atau bertukar pengalaman antar anggota-anggotanya
C.
Hubungan
Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
Setiap masyarakat yang telah
atau sedang menjalani masa transisi akan menunjukkan pola perkembangan yang
dipengaruhi oleh gejala-gejala dan masalah-masalah khusus, berkenaan degan
situasi geografis, ekonomis, dan politis. Salah satu diantaranya adalah
terjadinya pergolakan dan perubahan struktur masyarakat yang menyangkut
perubahan kedudukan golongan-golongan sosial yang mempunyai peranan dan
kekuasaan dalam menentukan arah dan gerak perubahan tersebut. Dari situasi
semacam ini dapat diamati dan dipahami adanya kekuatan-kekuatan sosial yang
menciptakan golongan sosial terkemuka (elite), serta kegiatan golongan sosial
tersebut dalam menjalankan transformasi masyarakat menjadi bangsa yang modern.[4]
Perubahan masyarakat
tradisional ke arah modern menimbulkan pergeseran peran serta fungsi dan
lembaga-lembaga lama ke yang baru. Ada yang mempertahankan status quo dan
memandang perubahan sebagai ancaman, di pihak lain terdapat golongan elite baru
yang melancarkan pembaharuan. Pergeseran-pergeseran tersebut melahirkan
sejumlah teori pelapisan sosial,ada yang menganggap sebagai sesuatu yang wajar,
fungsional dan sebagainya. Tetapi pada hakikatnya pelapisan mengacu kepada
urutan atau tatanan yang hirarkis seperti tinggi-rendah, unggul-biasa,
superior-inferior, priyayi-wong cilik, kaum ningrat-rakyat jelata,
santri-abangan, selalu tercakup dalam lapisan sosial. Dan perbedaan itu
juga mencerminkan pola masyarakat (social structure): masyarakat mengatur
kedudukan dan peranan pelaku sosial dengan pola-pola tersebut.
Banyak sekali contoh kejadian
yang menggambarkan tentang hubungan antara pelapisan sosial dengan kesamaan
derajat. Salah satu contoh dalam lingkungan kita, kita dapat temukan hal ini di
lingkungan kita sendiri, bagi orang yang memiliki lapisan social tertinggi di
lingkungannya, maka orang itu juga akan mendapatkan sesuatu yang istimewa di
masyarakatnya, seperti dihormati, dihargai, serta memiliki wibawa yang sangat
tinggi, karena mereka memiliki tempat atau derajat yang sangat dihormati
,tetapi semua itu kembali terhadap kepada individu.
Masih banyak contoh lainya,
pelapisan sosial dam kesamaan derajat memiliki cangkupan yang sangat luas ,
kita akan temukan dalam mendapatkan pekerjaan , dalam memilih pasangan pun
terkadang dilihat dari hal ini. Oleh karena itu , kita sebagai manusia harus
bersikap adil terhadap sesama manusia ,kita satu jenis ciptaan ALLAH yang
memiliki jenis pria dan wanita, marilah berbagi terhadap sesama, berlaku adil
untuk mencapai semuanya.
[1] Tjondronegoro dan Sediono. 1985. Pelapisan Sosial dan
Kesamaan Derajat. (Malang: Lokakarya Penyusunan Kumpulan Minimal Bahan
Peragaan Mata Kuliah ISD Universitas Brawijaya), hlm. 4-5
[2] Ibid, hlm. 6
[3] Soerjono Soekamto. 1969. Sosiologi: Suatu Pengantar.
(Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia), hlm. 23
[4] IB. M. Munandar Soelaeman. 1987. Ilmu Sosial Dasar:
Teori dan Konsep Ilmu Sosial. (Bandung: PT. Eresco), hlm. 52
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco. 1987
Soekamto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. 1969
Tjondronegoro dan Sediono. Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat. Malang: Lokakarya Penyusunan Kumpulan Minimal Bahan Peragaan Mata Kuliah ISD Universitas Brawijaya. 1985
Komentar
Posting Komentar