Langsung ke konten utama

Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

A.  Ilmu Pengetahuan
1.    Pengertian
Ilmu pengetahuan lazim digunakan sebagai dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, ”ilmu” dan” pengetahuan” yang masing - masing mempunyai identitas sendiri. Dalam pembicaraan “pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia relitas, hakikat pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan dan sumber pengetahuan. Keseluruhannya telah lama dipersoalkan oleh ahli filsafat seperti socrates, plato, dan aristoteles dimana teori ilmu pengetahuan merupakan cabang atau sistem filsafat. Oleh J.P Farrier dalam institutes of metaphiscs (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut ”epistemologi” (epistem=pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu).
Ilmu pengetahuan dikalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metode, rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam - macam pandangan dan teori (epistimologi), diantaranya pandangan aristoteles, bahwa pengetahan merupakan pengetahuan yang dapat di inderai dan dapat merangsang budi. menurut descartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi. oleh bacon dan david home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut immanuel kant pengetahuan merupakan persatuan budi dan pengalaman. dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan di peroleh sumbe-sumber pengetahuan berupa ide, kenyatan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sentesis budi atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.[1]
Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar,perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil,dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil(proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu.kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.


2.    Sikap yang Bersifat Ilmiah
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif di perlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan dalam ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal:
a.    Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b.    Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap  problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap  hipotesis yang ada.
c.    Kepercayaan yang lekang  terhadap  kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan  budi  yang  di gunakan untuk  mencapai ilmu.
d.   Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun  oksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.[2]
B.  Teknologi
1.    Pengertian
Dalam kepustakaan teknologi terdapat aneka ragam pendapat yang menyatakan bahwa teknologi adalah transformasi (perubahan bentuk) dari alam, teknologi adalah realitas/kenyataan yang diperoleh dari dunia ide, teknologi dalam makna subjektif adalah keseluruhan peralatan dan prosedur yang disempurnakan, sampai pernyataan bahwa teknologi adalah segala hal, dan segala hal adalah teknologi.[3]
Istilah teknologi berasal dari kata techne dan logia. Kata yunani kuno techne berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti seseorang yang memiliki keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Sampai pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide disamping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti itu berjalan terus   sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana atau aktifitas yang dengannya manusia berusaha mengubah dan menangani lingkungan. Ini merupakan suatu pengertian yang sangat luas karesna setiap sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/sebagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.
2.    Problema Lingkungan
David L. Sill, menyatakan bahwa problema lingkungan itu ada 5, yaitu:
1.      Prejude (purbasangka)
2.      Peace ( perdamaian)
3.      Population (penduduk)
4.      Poverty (kemiskinan)
5.      Pollution (pencemaran)
Persoalan purbasangka sering membuat lingkungan tidak aman dan nyaman karena menimbulkan sikap iri, kecemburuan sosial, memperlemah solidaritas, dan tentu menimbulkan berpikir negative yang dapat mendorong perilaku destruktif. Sikap prejudice ini akan mendorong pula perilaku anarki dan dapat menimbulkan peperangan, baik antara kelompok masyarakat maupun bangsa, sehingga hilangnya perdamaian (peace). Persoalan seperti ini dapat diperparah tatkala daya dukung ruang dan jasa tidak sebanding dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, oleh karena persoalan kependudukan (population) baik dalam kualitas, kuantitas, penyebaran dan pertumbuhannya selalu menjadi perhatian Negara kita, karena setiappenambahan jumlah penduduk membutuhkan kesempatan kerja dan usaha, membutuhkan peningkatan layanan pendidikan dan kesehatandan sebagainya. Sementara ruang tidak bertambah, bahkan lahan produksi (khususnya pertanian) tergusur untuk kepentingan sarana lain yang membutuhkan untuk kepentingan penduduk itu sendiri. Ketika daya dukung lingkungan (ruang dan jasa) tidak sepadan dengan laju pertambahan penduduk, maka akibatnya akan menimbulkan kemiskinan. Persoalan kemiskinan baik secara structural, karena kekurangan factor daya dukung tadi apalagi kemiskinan mental karena factor individu, sering merupakan siklus (benang kusut) yang menghadirkan dan mewariskan kemiskinan berikutnya, dan jawaban terakhir dari pertanyaan mengapa seseorang miskin adalah karena orang itu miskin. Masyarakat yang miskin karena penduduknya padat yang hidup dalam ketegangan sosial akibat prejudice warganya, diperparah dengan lingkungan yang kumuh, sanitasi tidak sehat, udara yang pengap, suara yang bising, airnya kotor melengkapi problema sosian dan budaya yang diungkapkan oleh David L. Sill. Dan kondisi seperti itu merupakan potert kehidupan di kota-kota (pinggiran kota) besar di Indonesia, khususnya di pulau jawa
3.    Teori Problema Lingkungan
Ada beberapa teori yang berbeda untuk memulai darimana menyelesaikan problema sosial tersebut, teori-teori tersebut adalah:
a.    Teori MODERNISASI: menganggap kualitas hidup manusia ditenttukan oleh karakter mental psikologis dan sosial budayanya sendiri.
b.    Teori HUMAN CAPITAL (pengembangan SDM): memandang bahwa lingkungan sosial tergantung penguasaan iptek warga masyarakat di samping mental, psikologis, dan sosial budaya.
c.    Teori DEPENDENCY (ketergantungan): yang mengatakan bahwa ketergantungan disebabkan eksploitasi pihak luar, oleh karena lingkungan sosial harus dilakukan atas dasar kemampuan sendiri.
d.   Teori DETERMINISME GEOGRAFI: yang memandang bahwa kondisi lingkungan geografi menentukan corak dan kualitas hidup masyarakat.
C.  Kemiskinan
1.    Pengertian
Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat manusia pada umunya.  Menurut Petirin A. Sorokin, bahwa stratifikasi soisal ( social stratification ) adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat ( secara hierarakis ). Perwujudannya adalah adanya kela-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. Lapisan-lapisan ini dalam masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dan yg dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka system lapisan-lapisan dalam masyarkat akan semakin kompleks pula.[4]
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak. Menurut Chambers dalam Ala (1996:18), ada lima ketidakberuntungan yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin yaitu:
·      kemiskinan (poverty);
·      fisik yang lemah (physical weakness);
·      kerentanan (vulnerability);
·      keterisolasian (isolation);
·      ketidakberdayaan (powerlessness).
Kelima hal tersebut merupakan kondisi nyata yang ada pada masyarakat miskin di negara berkembang.
2.    Teori-teori tentang Kemiskinan
Menurut Soerjono Soekanto (1982), selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapisan dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang benilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam beragama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat. Hassan shadilymengatakan bahwa pada umumnya lapisan dalam masayarakat menunjukkan keadaan senasib. Dengan paham ini kita mengenal lapisan yang terendah, yaitu lapisan pengemis, lapisan rakyat dan sebagainya, persamaan batin ataupun kepandaian: lapisan terpelajar dan sebagainya.[5]
Menurut Petirim A. sorokin, bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat. Bagi siap saja yang memiliki sesuatu yang dihargai atau dibanggakan dalam jumlah yang lebih dari pada yang lainnya, maka ia akan dianggap mempunyai status yang lebih tinggi pula dalam masyarakat. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai kuantitas sesuatu yang dibanggakan lebih sedikit, maka ia akan dianggap mempunyai status dalam masyarakat yang lebih rendah. Bagi seseorang yang memilki status, baik yang rendah maupun yang tinggi, sama-sama sifat yang kumulatif; artinya bagi mereka yang mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya relatif mudah ia akan dapat menduduki status-status yang lain, seperti status social, politik ataupun kehormatan tertentu dalam masyarakat. Begitu juga bagi mereka yang sedikit mempunyai status atau mereka yang tidak memiliki status sama sekali sesuatu yang dibanggakan, biasanya mereka akan cenderung semakin sulit untuk dapat naik status, atau bahkan dapat dikatakan sebagai seseorang yang miskin cenderung semakin menjadi-jadi kemiskinannya.[6]
Menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam mayarakat yang bersangkaut. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
3.    Penyebab Kemiskinan
a.    Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Namun lebih tepatnya terletak pada perbedaan kualitas sumber daya manusia dan perbedaan akses modal.
b.    Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
c.    Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
d.   Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Karena ciri dan keadaan masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam (berbeda) ditambah dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.
e.    Penyebab struktural, yang membserikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur social dan kebijakan pemerintah. Kebijakan dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau internasional antara lain dari segi pendanaan. Dan yang paling penting adalah Ketidakmerataannya Distribusi Pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
4.    Ukuran Kemiskinan
a.    Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
·      Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
·      Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
b.    Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin. Yakni dengan melihat hubungan antara populasi terhadap distribusi pendapatan.
5.    Upaya Pemerintah dalam Mengurangi Kemiskinan
Dalam sisitem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan pajak pendapatan/penghasilan merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya ketimpangan. Dengan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi, sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam pemberiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Namun kenyataanya tidaklah demikian. Pajak tidak hanya dibebankan pada orang kaya tetapi semua komponen masyarakat tanpa pandang kaya atau miskin semua dikenai pajak. Inilah yang menyebabkan permasalahan kemiskinan tak kunjung selesai.
Seperti inilah sistem atau cara pengenaan pajak kepada para wajib pajak yang terjadi dalam sistem kapitalis di Indonesia saat ini;
a.    Pajak progresif atau progressive tax Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada mereka yang berpendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak pendapatan, pajak rumah tangga dan sebagainya
b.    Pajak degresif atau degressive tax Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada mereka yang pendapatannya semakin kecil. Contoh : pajak penjualan, pajak tontonan dan sebagainya.
c.    Pajak proposional atau proposional tax Yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan pembebanan (persentase) yang sama terhadap semua tingkat pendapatan.
d.   Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan di tahun 2012 adalah sebagai berikut :
·      Pembangunan Sektor Pertanian Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masayrakat dipedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali teknologi disektor pertanian. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector(rural – led development) proses ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat, kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi serta dengan menciptakan pola permintaan yang kondusif pada pertumbuhan. Berdasarkan hasil pengembangan teknologi dalam bidang pertanian, ada banyak cara ataupun metode dalam mengembangkan pertanian masyarakat pedesaan, contoh kecilnya yaitu metode memperbanyak bibit unggul melalui kultur jaringan. Sedangkan dalam menangani hama pertanian ialah pembudidayaan tanaman anti hama yang telah direkayasa gen nya dengan teknologi radiasi sinar- X, dan masih banyak lagi.
·      Pembangunan Sumber Daya manusia Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah. Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika kebijakan pemerintah bisa menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar. Dalam hal ini tentu sangat diharapkan pula dengan kemajuan masyarakat dalam memahami teknologi mampu mengembangkan teknologi yang telah ada.
·      Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan. Penyuluhan lingkungan untuk menghindari praktek distribusi yang menggunakan barang-barang yang merusak masyarakat. Misalnya, minuman keras, obat terlarang, dan pembajakan, lantaran dalam Islam distribusi tidak hanya didasarkan optimalisasi dampak barang tersebut terhadap kemampuan orang. Tapi, pengaruh barang tersebut terhadap prilaku masyarakat yang mengkonsumsinya.
·      Redistribusi Pendapatan secara lebih baik Negara akan ikut bertanggungjawab terhadap mekanisme distribusi dengan mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan kelompok, atau golongan lebih-lebih kepentingan perorangan. Dengan demikian, sektor publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan sampai jatuh ke tangan orang yang mempunyai visi kepentingan kelompok, golongan dan kepentingan pribadi.
·      Pembangunan Infrastruktur Negara akan menyediakan fasilitas-fasilitas publik yang berhubungan dengan masalah optimalisasi distribusi pendapatan. Seperti sekolah, rumah sakit, lapangan kerja, perumahan, jalan, jembatan dan lain sebagainya. Dalam masalah pembangunan juga sangat diperlukan peran penting teknologi dalam mewujudkannya.



[1] Ritzer, George. sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, hlm. 97
[2] Ibid, hlm. 99
[3] Ibid, hlm. 102
[4] Abdulsyani. Sosiologi, skematika, teori, dan terapan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hlm. 86
[5] Ibid, hlm. 88
[6] Ibid, hlm. 89

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Amar dan Nahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memahami redaksi Al-Qur’an dan Al-Hadits bagaikan  menyelam ke dalam samudra yang dalam lagi luas, dibutuhkan kunci, metode dan keilmuan khusus untuk sampai ke sana sehingga kita bisa mengetahui maksud dan tujuan nash al-Qur’an dan Al-Hadits baik dari sudut teks maupun dari aspek makna. Di antara beberapa pembahasan yang berkaitan dengan hal tersebut, ada dua point penting yang keduanya harus diketahui secara mendalam oleh seorang calon Mujtahid. Objek utama yang akan dibahas dalam ushul fiqh adalah al-Qur’an dan sunnah Rasul sedang untuk memahami teks-teks dan sumber yang berbahasa Arab tersebut para ulama  telah menyusun semacam tematik yang akan digunakan dalam praktik penalaran fikih. Bahasa Arab menyampaikan suatu pesan dengan berbagai cara dan dalam berbagai tingkat kejelasan. Untuk itu para ahlinya telah membuat beberapa kategori lafal atau redaksi, di antara yang sangat penting dan akan dikemukakan disini. Antara lain tentang Am a r

Prasangka dan Diskriminasi, Pertentangan dan Integrasi Sosial

A.   Prasangka dan Diskriminasi 1.     Pengertian Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium ,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut:  ·   Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. ·   Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.  ·   Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Prasangka merupakan dasar pribadi seseorang yang setiap orang memilikinya, sejak masih kecil unsur sikap bermusuhan sudah nampak. Prasangka selalu ada pada mereka yang berfikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong cendekiawan, sarjana, dan pemimpin atau negarawan. Prasangka menunjukkan pada aspek sikap. Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk

Pendekatan Pendidikan Aqidah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendidikan aqidah sangat penting bagi kita apalagi kita sebagai pemeluk agama Islam harus mengerti tentang aqidah  Untuk itu kita perlu mempelajarinya sehingga kita mengerti dan bisa menjalankannya dalam kehidupan kita sehari-hari dan setelah kita memahaminya kita bisa memberitahukannya kepada orang lain yang belum tahu. Dan sebelum kita memberitahukan tentang aqidah kepada orang lain akan lebih baik jika kita mengetahui benuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah. Adapun bentuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah tersebut akan kami bahas dalam makalah ini. 1 . 2 .  Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pendidikan aqidah? 2. Apa saja bentuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah? 3. Jelaskan bentuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah? 1 .3 Tujuan 1. Memahami maksud dari pendekatan pendidikan aqidah. 2.Mengetahui bentuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah. 3. Memahami bentuk-bentuk pendekatan pendidikan aqi